Marsigit - Review Perkuliahan Filsafat Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan
Marsigit - Review Perkuliahan Filsafat Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan
Mata kuliah Filsafat Penelitian dan Evaluasi Pendidikan memberi warna baru baggi saya. Penerapan metode pengajaran dari Prof. Marsigit yang unik, belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Mulai dari 50 pertanyaan yang diberikan untuk langsung dijawab dengan singkat. Lalu nilai dari jawaban benar yang keseringan NOL. Hingga pada pemahaman filsafat sesuai dengan makomnya. Setiap pertemuan yang selalu menghadirkan kecemasan akan materi yang akan dibahas. Namun, disamping itu semua, ada makna disebaliknya. Keseringan dapat nilai NOL, mengajarkan untuk kita agar tidak sombong akan suatu pencapaian. Bahwa seorang dosen (saya yang sedang study) pun juga bisa memperoleh nilai NOL. Bukan hanya mahasiswa atau siswa saja yang memperoleh nilai tersebut. Mengajarkan bahwa dunia selalu berputar. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang jadi dosen, kadang jadi mahasiswa. Jangan berbuat semena-mena pada mahasiswa, karena bisa jadi hal itu akan berbalik padamu saat kamu jadi mahasiswa.
Mata kuliah Filsafat Penelitian dan Evaluasi Pendidikan memberi warna baru baggi saya. Penerapan metode pengajaran dari Prof. Marsigit yang unik, belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Mulai dari 50 pertanyaan yang diberikan untuk langsung dijawab dengan singkat. Lalu nilai dari jawaban benar yang keseringan NOL. Hingga pada pemahaman filsafat sesuai dengan makomnya. Setiap pertemuan yang selalu menghadirkan kecemasan akan materi yang akan dibahas. Namun, disamping itu semua, ada makna disebaliknya. Keseringan dapat nilai NOL, mengajarkan untuk kita agar tidak sombong akan suatu pencapaian. Bahwa seorang dosen (saya yang sedang study) pun juga bisa memperoleh nilai NOL. Bukan hanya mahasiswa atau siswa saja yang memperoleh nilai tersebut. Mengajarkan bahwa dunia selalu berputar. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang jadi dosen, kadang jadi mahasiswa. Jangan berbuat semena-mena pada mahasiswa, karena bisa jadi hal itu akan berbalik padamu saat kamu jadi mahasiswa.
Nilai NOL juga mengajarkan kalau jawaban salah itu artinya benar. Sehingga nilai NOL yang diperoleh makna sebenarnya ialah nilai 100. Dengan syarat, kita memang belum pernah tahu akan ilmu itu. Pelajaran baru yang diperoleh. Tapi kalau itu pelajaran yang sudah lama, namun tetap dapat nilai NOL, maka itu adalah nilai sesungguhnya. “Anak yang melakukan kesalahan, itu merupakan kebenaran dalam filsafat” dan itu merupakan contoh dari Fallibilisme yang merupakan prinsip filosofis bahwa manusia bisa salah. Salah berarti benar karena belum membacanya. Tapi salah akan berarti salah, kalau si anak tersebut sudah pernah membaca, namun tidak di save memorynya. Karena sebenar-benar filsafat bermuara pada pemikiran filsuf. Mempelajari fikiran filsuf. Dan fikiran itu selalu berubah-ubah. Dengan pertanyaan yang sama bisa memberikan jawaban yang berbeda pada ruang dan waktu yang berbeda.
Melalui filsafat, saya mendalami makna ruang dan waktu. Bahwa sesungguhnya apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan ruang dan waktunya. Jangan berbicara NaCl di warung depan rumah, berbicaralah di laboratorium kimia itu akan lebih tepat. Jangan berbicara H2O di depot air isi ulang. Bicaralah H2O pada persamaan kimia. Penempatan ruang dan waktu menjadikan kita bijak dalam bertindak. Karena apabila tidak sesuai ruang dan waktu maka kita akan dikira gila atau aneh oleh orang lain.
Sebenar-benar matematika adalah ilmu tentang ruang dan waktu. Kapanpun kita berada, waktu akan terus bertambah/bergulir. Berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain. Dari waktu yang tadi ke waktu yang sekarang. Begitu terus hingga tak terhingga. Hingga ditetapkan oleh Sang Kuasa kapan waktu dan ruang itu akan berhenti didunia kemudian dilanjutkan ke ruang dan waktu alam akhirat. Pertambahan usia juga dapat menandakan perpindahan kita dari ruang dan waktu usia sebelumnya ke usia yang sekarang. Yang mungkin menjadikan kita lebih dewasa atau malah menghilangkan ingatan akan ruang dan waktu tersebut akibat usia yang sudah terlalu banyak pertambahannya.
Infinite regress merupakan proses yang tak pernah selesai. Karena manusia tidak sempurna, sehingga ia bisa hidup. Bayangkan apabila semua sempurna, maka kehidupan sudah tidak diperlukan lagi. Semua orang jadi baik. Semua pekerjaan selesai memuaskan. Semua keinginan terkabul. Semua cantik. Semua ganteng. Semua putih (salju). Semua sempurna. Maka tidak akan ditemui kebermaknaan hidup. Karena ketidaksempurnaanlah menjadikan hidup berwarna. Butuh satu sama lain untuk saling melengkapi.
Tulisan tidak bisa mengejar ucapan. Ucapan tidak bisa mengejar pikiran. Pikiran tidak bisa mengejar nurani (hati). Hirarki manusia dimulai dari archaic, tribal, tradisional, feudal, modern, dan post modern.
Pada filsafat, ikhlas dalam fikir berarti mengerti. Mengerti akan situasi yang harus dijalani. Mengerti akan takdir yang harus berlaku pada kita. Semua yang ada dan mungkin ada adalah kebenaran. Persepsi bersifat subjektif. Keputusan merupakan derajat pikiran yang tertinggi. Persepsi terhadap sesuatu diawali oleh apersepsi dari hal tersebut. Pengetahuan awal mengenai sesuatu itu. Setelah ada apersepsi, lalu dicerna oleh nalar melalui panca indra yang ada. Hingga pada kesimpulan akhir. Persepsi selalu dibutuhkan karena pada dasarnya manusia punya sifat ingin diakui (pengakuan). Tak hanya dimata manusia, manusia juga ingin diakui di mata Tuhan. Oleh karena itu, perlu dipelajari apa-apa saja yang bisa membuat Tuhan memiliki persepsi baik terhadap kita. Agar nanti dihari pembalasan, persepsi Tuhan di benarkan oleh catatan tindakan yang sudah pernah kita lakukan.
Sebenar-benar pengetahuan intuitif diperoleh dari pengalaman diri siswa dari interaksinya dengan lingkungan kongkrit. Kita gak pernah tau mulai kapan kita mengerti akan perbedaan antara kecil dan besar, tinggi dan rendah, satu dan dua, panas dan dingin, dst. Ketika intuitif bekerja, maka dia akan merekam apa yang sedang di amatinya. Pengalaman sangat berharga untuk anak kelas bawah, karena dengan itu, intuitifnya dapat terasah dengan tajam. Oleh karena itu, ajarilah anak-anak dengan memberikan pengalaman padanya.
Pada pertemuan terakhir, Prof. Marsigit bercerita mengenai jalannya kehidupan beliau. Dimulai kepulangan beliau dari Inggris dan menjumpai bahwa anak-anaknya sudah duduk di kelas enam dan empat SD. Dilema antara bertindak dictator atau memberi kemerdekaan pada pendidikan anak-anaknya. Kemudian beliau memutuskan memberi kemerdekaan pendidikan pada anak-anaknya dengan terus mengarahkan pada kebaikan. Alhamdulillah akhirnya sekarang anak-anak beliau sudah pada sukses. Keyakinan Prof. Marsigit akan kesuksesan tersebut tak terlepas dari keputusan yang telah beliau ambil. Beliau juga bercerita kalau ketika mau tidur malam, anak-anak selalu diceritain mengenai system. Baik itu system pertanian, system bagaimana makan, dan system lainnya. Sehingga mengasah imajinasi si anak terhadap suatu keadaan yang terjadi. Cerita tersebut membekas terus dalam ingatan saya. Dan sebagai ibu dengan balita tiga tahun, saya mencoba menerapkannya pada anak saya. Hasilnya sungguh berbeda dari biasanya. Meskipun baru saya terapkan beberapa hari, namun imajinasi anak saya sudah mulai liar. Banyak pertanyaan yang ditimbulkan. Tak sabar menanti bagian system selanjutnya. Antusias. Ya, begitulah jadinya anak saya. Cerita pengalaman yang sangat mengispirasi.
Akhir kata, Aku ada karena aku berfikir. Maka gunakanlah fikiranmu untuk memikirkan sesuatu yang bermanfaat. Dan fikiran yang jernih berasal dari Kuasa Tuhan (Allah). Mendekatlah padaNya, maka Ia akan berlari memelukmu.
Mata kuliah ini diampu oleh Prof. Dr. Marsigit,M.A. yang merupakan dosen unik dengan cara pengajaran dan pemikirannya. Untuk yang mau kenal lebih dalam dengan beliau bisa menelusurinya melalui link sebagai berikut: https://powermathematics.blogspot.com/?m=1 (tersedia banyak tulisan yang menginspirasi), https://uny.academia.edu/MarsigitHrd (tulisan seputar pengajaran), https://mobile.facebook.com/marsigit.hrd?fref=nf (social media aktif).
Terima kasih. 😊

Komentar
Posting Komentar